Sunday, 11 September 2011
menikah
happy ied anyway :)
saya baru saja pulang dari kampung halaman papa saya, dimana disana sinyal susah sekali didapat. banyak yang saya dapatkan ketika saya menghabiskan waktu disana, merefleksikan diri terutama :p
i promise to tell you about my hometown, later.
seperti kebiasaan jika bertemu keluarga besar, pertanyaan penting-ga penting. kali ini bukan kapan lulus lagi, tapi - "udah dapet kerjaan belum?" "kapan nikah?" - apalagi beberapa hari setelah lebaran kemarin sepupu seumuran saya lamaran --"
saya, bukannya ga mau menikah. mau banget (apalagi umur pacaran saya sekarang udah lama) - tapi gimana ya - menurut saya keputusan buat menikah itu harus dipertimbangkan matang-matang. ibarat bikin rumah, pondasi bangunannya harus kokoh dan kuat sebelum akhirnya dibangun lebih besar dan lebih tinggi. dan pada akhirnya bagaimana membuat rumah tersebut terasa nyaman dan hangat saat ditinggali.
menurut saya juga, punya pasangan itu ibarat pake daleman (daritadi kok yang saya contohin pake ibarat mulu --")
ya daleman, BH juga CDnya. kalo pakenya pas sepasang, atas hitam renda-bawah hitam renda. pasti bikin kita nyaman dan pede memakainya. seandainya disuruh buka baju pun dengan senang hati bakalan dibuka (pamer maksudnya :p ) tapi coba kalo misalnya anda memakai dalaman beda warna, satu pink, satu ijo pupus misalnya.. boro-boro mau buka baju, pake dress transparan aja ogah. ga pede, nyaman dipakenya aja tapi ga nyaman untuk bilang-bilang ke orang lain. paham ga sih pengandaian yang saya buat? :D
balik lagi soal pernikahan tadi, menikah tidak hanya soal 'akhirnya hidup berdua dan melabuhkan cinta'. NO WAY girls, you have to know exactly, the end is just the beginning. berakhirnya pacaran, berarti mulainya pernikahan yang tentunya lebih ribet bin rempong dibandingin jaman pacaran. married, means growing in either pains and joy.
jadi keputusan menikah itu pada akhirnya, tidak sesaat.
think about it
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment